Baby, my day

Cerita Berat Badan Liam Chapter 2 : Cek Darah

Bismillahirrahmanirrahim….

Assalamualaikum ibu-ibu di seluruh jagad raya Indonesiaa, kali ini saya mau ngelanjutin cerita chapter 1 (semoga cepet berakhir ya. Amin) kemarin yang berujung rencana akan periksa di Hermina. Yuk mari disimak.

Saya dan suami berangkat ke RS Hermina pagi-pagi untuk menanyakan jadwal dokter Yudianita. Ternyata beliau masih cuti dan baru masuk besok. Dokter anak yang available ada dua. Yang satu dokter Virda, yang satu lupa. Nah yang jamnya pas hanya dokter Virda, karena mulai praktek jam 2 siang. Daftarlah kami ke dokter Virda. Setelah daftar, kami balik lagi ke rumah. Kami berangkat ke RS Hermina sehabis duhur. Alhamdulillah gak lama langsung bisa ketemu dokternya. Saat ditimbang, BB Liam naik 200gr setelah sebelumnya turun 200gr. Sedih sekali saya tuh, padahal kalau bulan kemaren gak turun, 200gr ini bisa dianggap nambah. Di Hermina, Liam sekaligus imunisasi Influenza yang kedua. Tadinya hanya akan konsul BB saja tapi nanggung lah mumpung di RS kan. Ceritalah kami soal Liam. Dicek BB nya sudah 2 bulan gak naik. Saya juga bilang kalau Liam gak ada nafsu makan. Dokter bilang kalau gak nafsu makan, pasti ada sesuatu yang salah dari tubuhnya. Dokter pun merekomendasikan Liam untuk cek darah. Diagnosa awal Liam terkena ADB (Anemia Defisiensi Besi). Penjelasan lengkap silakan baca artikel IDAI disini.

Liam diresepkan Ferlin Drop (suplemen zat besi) dengan dosis terapi sesuai BB Liam (belum tes darah ya ini). Selain itu, dokter juga menyarankan untuk memisah-misah makanan. Nasi, sayur dan lauk pauk dipisah agar anak tertarik dengan makanan. Dokter juga merekomendasikan susu formula merk Similac Neosure karena tinggi kalori. FYI, susu ini kalau sejam gak diminum harus dibuang.

Setelah selesai konsul, kami masih menimbang tes darah sekarang atau nanti. Saya bertanya ke petugas lab bagaimana proses pengambilan darah untuk bayi. Berdasarkan checklist dokter Virda, sampel darah yang diperlukan hanya sedikit dan pengambilannya melalui jari tangan. Kami bingung karena Liam ini sangat aktif, pasti susah megang jarinya untuk ditusuk jarum. Qadarullah gak lama dari situ, Liam rewel lanjut nenen dan kemudian tidur. Suami menyarankan untuk tes saja mumpung Liam tidur (FYI, jarak rumah saya ke Hermina jauh). Saya masih bingung sampai akhirnya ga kuat dan nangis. Saya ga tega anak saya ditusuk jarum. Masih bayi kok udah ditusuk jarum. Saya gak bisa bayangin kan. Suami nenangin saya sambil bilang, “Pengen Liam sembuh gak. Kan biar Liam sehat….” Akhirnya saya setuju untuk tes darah.

Suami langsung ke kasir untuk bayar tes darahnya. Kami pun ke lab dan Liamnya langsung ditusuk jarinya sambil dipangku suami. Saya ngintip aja dari jauh karena takut lihat. Liam nangis teriak, antara kaget atau kesakitan. Saya juga ikutan nangis. Selesai ambil darah langsung saya ambil Liam dan saya bawa ke nursing room untuk nenen. Setengah jam kemudian hasilnya keluar. Hb Liam rendah. Kami langsung berkesimpulan bahwa Liam ADB.

Sepulang dari Hermina, saya dan suami ke Kimia Farma untuk membeli Ferlin Drop. Berangkat ke Kimia Farma A habis, kemudian disuruh ke Kimia Farma B yang katanya lebih lengkap. Kesitulah kami dan habis juga. Nyari ke apotek random pinggir jalan juga habis. Udah lelah banget lah rasanya seharian itu, mana kami belum makan dari siang. Saya pun punya ide untuk nelponin dulu apotek-apotek yang ada disini sebelum datang. Saya telpon lewat Google Maps. Kan ada tuh info nomor teleponnya. Alhamdulillah dapet di K24.

Bismillahirrahmanirrahim

Awal tahun ini, kami memulai treatment Liam dengan serius. Kami latih Liam supaya mau minum susu banyak (700cc sesiangan) dan mau minum suplemen. Awal minum suplemen, Liam mangap dengan sukarela. Bahkan drop kedua masih mangap. Ga dimuntahin dan ga dilepeh juga. Alhamdulillah seneng banget. Emang rasanya enak sih. Hari kedua dan ketiga dengan gampangnya. Nah pas hari keempat, nolak. Yah bisa ditebak sih selanjutnya drama banget kalau ngasih suplemen ini. Dari yang dilepeh, ditampol dan dimuntahin sekalian isi perutnya. Untuk susu formula, Liam hanya bisa mentok di 500cc. Itu pun kalau lagi skip makan sekali. Kalau makannya 3x ya minumnya hanya 400cc.

Dan di awal tahun ini, puji syukur Allah memberi saya rejeki mutasi ikut suami ke Pangkalpinang. Kami semua (termasuk mertua) pindah di akhir minggu kedua Januari. Dari sini dimulai lagi ujiannya. Tiket pesawat sudah dipesan, truk untuk pindahan barang-barang dan hotel di Pangkalpinang juga sudah dipesan. Rencananya truk datang Sabtu jam 6 pagi, kami memindahkan semua barang rumah lalu lanjut berangkat ke bandara naik pesawat jam 12.15. Malamnya kami menginap di hotel. Kemudian truk datang keesokan harinya di Minggu pagi. Suami dengan bapak mertua ke kontrakan menata semua barang sedangkan saya, Liam dan ibu mertua menunggu di hotel. Minggu jam 12 kami checkout hotel, meluncur ke kontrakan dan siap memulai kehidupan baru di Pangkalpinang.

Manusia memang hanya bisa merencanakan. Jumat pagi tiba-tiba saya ditelpon Sriwijaya Air, penerbangan Sabtu siang dimajukan jam 07.40. Hancur sudah semua rencana. Saya saking shocknya sampai gak bisa jawab CS setuju atau gak jadwal saya dimajukan. Kalau memilih opsi refund, truk gak mungkin bisa datang subuh. Saya langsung cari tiket pesawat lain yang jam 11. Garuda dengan Wings Air yang biasanya ada jadwal, habis semua. Saya telpon hotel, gak bisa refund (padahal sudah pesan 2 kamar). Akhirnya mau gak mau, penerbangan saya pindah ke Minggu pagi. Sabtu pagi truk tetap datang untuk mengangkut barang. Barang-barang sudah keangkut, kami pindah tempat ke penginapan deket bandara. Semalem menginap, Liam ogah ogahan makan. Padahal biasanya mau mau aja. Saya makin pusing. Akhirnya kami nyimpulin mungkin lagi di tempat baru, maunya explore dan main, gamau makan.

Besok paginya, kami berangkat. Pagi-pagi kami sarapan roti di bandara. Liam disuapin mau tapi gak banyak. Alhamdulillah.
Sesampainya di Pangkalpinang, kami menuju ke hotel. Masih bisa ikut sarapan disitu (hasil gagal menginap). Lalu saya memesan kamar satu lagi untuk istirahat sambil menunggu suami bongkar muat truk dan membereskan kontrakan. Liam gimana? Jelas, gak mau makan. Saya suapin roti mau tapi hanya sedikit. Sore sudah beres semua dan sehabis magrib saya, ibu mertua dengan Liam diangkut ke kontrakan. Bismillah, kami memulai hidup baru di Pangkalpinang.

Cerita BB Liam Chapter 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *